Perkara Bancaan Duit






Tak terasa hari kemenangan telah tiba, ketika lafadz Mu berkumandang di segala penjuru dunia. Kini tiba saatnya merayakan hari suka cita yang penuh fitrah ini dengan berkumpul bersama sanak saudara. Meskipun terdapat perbedaan dalam pelaksanaan Idul Fitri, hal ini tidak mengurangi rasa gembira dalam menyambut suasana lebaran. Namun, ada salah satu momentum lebaran yang sering ditunggu oleh anak-anak dusun Karangpoh. Dusun ini terletak di Kota Klaten kemudian dusun ini juga terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Jatinom dan Kecamatan Karanganom. 

Momentum yang sering dinantikan oleh warga di dusun ku ini bernama Bancakan Duit. Kata bacakan duit berasal dari bahasa Jawa. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bancakan memiliki arti syukuran sedangkan kata duit memiliki arti satuan mata uang tembaga zaman dulu. Hanya saja konteks  duit yang dimaksud dalam acara tersebut adalah uang. Jadi inti dari acara tersebut adalah bentuk syukuran dengan membagikan uang. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan  selepas bada subuh pada lebaran hari kedua. Namun, karena terdapat perbedaan hari lebaran, maka kegiatan ini dilaksanakan pada lebaran hari ketiga. Acara ini sudah berjalan selama berpuluh-puluh tahun di dusunku. Asal mula diadakannya tradisi tersebut karena dulu tradisi syukuran berupa nasi atau disebut dengan bancakan sego. Dengan seiring berjalannya waktu orang mulai jenuh dengan bancaan sego sehingga peminatnya menjadi turun. Oleh karena itu, tradisi bancaan sego diganti dengan tradisi bancaan duit. Karena peminat dari acara tersebut mulai banyak lagi dan kegiatan tersebut berlangsung hingga sekarang. 

Pada lebaran tahun ini aku ikut serta dalam meramaikan acara tersebut meskipun pada tahun-tahun sebelumnya aku juga selalu mengikuti acara ini. Ketika mengikuti hal ini aku biasanya datang bersama teman-teman ku. 

Aku dan teman-temanku berangkat saat warna langit masih terlihat gelap. Dengan suasana jalanan yang masih sepi hanya terdengar sayup-sayup suara orang menyapu. Udara juga masih terasa sangat sejuk dan segar meskipun hawa dingin menyelimuti. Hanya saja rasa kantuk masih menguasai diriku dan teman-temanku. 

Kini lokasi acara sudah ramai dipadati orang dari anak kecil, remaja, bahkan orang tua yang menggendong anak balitanya. Antusias warga Karangpoh dapat terlihat dari jumlah orang yang datang. Dapat diperkirakan bahwa jumlah orang yang mengikuti  mengikuti acara sekitar 100 hingga 150 orang. Kehadiran mereka juga sangat memeriahkan acara tersebut. 

Bancaan duit ini, biasanya dimulai dari rumah salah satu imam Masjid As-Shidiq. Nantinya mereka akan berbaris memanjang seperti ular. Setelah itu, pemilik rumah akan memberikan uang hanya saja nominalnya berbeda untuk setiap rumah. Nominal uang yang diberikan biasanya mulai dari Rp 1.000,00 hingga Rp 5.000,00. Namun, ada beberapa pemilik rumah yang memberikan nominal lebih untuk anak remaja.

Acara akan terus berlanjut seperti itu dari rumah ke rumah. Hanya saja tidak semua rumah mengadakan bancaan duit sehingga hanya ada beberapa rumah saja. Terkadang kita juga perlu menunggu tuan rumah sehingga kita mencari tempat untuk duduk yang masih satu lingkup dengan acara tersebut seperti di teras rumah atau di jalanan kampung. Kegiatan akan berlangsung hingga semburat kuning keemasan  muncul di langit. Kemudian bancaan duit akan berakhir di rumah milik seorang Ibu dokter yang letaknya di seberang jalan raya. Dengan berakhirnya kegiatan tersebut maka mereka akan kembali ke rumah masing-masing untuk bersiap-siap untuk berlebaran ke rumah para tetangga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kemacetan dengan Naik KRL Jogja-Solo

Keunikan Acara di Desa Sidomulyo